Judul: The Rosie Project
Pengarang: Graeme Simsion
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
“Argumentasinya sederhana: ada seseorang untuk semua orang. Secara statistik,
bisa dibilang dia hampir benar. Sayangnya, probabilitas bahwa aku bisa
menemukan orang semacam itu makin lama makin kecil.”
Teratur. Rapi. Perfeksionis. Kaku. Kesan-kesan
itulah yang akan ditangkap orang-orang terhadap Don Tillman. Sosok Don bisa
dibilang mendekati sempurna, dia tampan, berotak genius, dan yang paling
penting: mapan. Namun Don tidak pernah mengalami kencan kedua. Wanita-wanita
yang pernah berkencan dengannya mundur secara teratur sejak kencan pertama.
Untuk itulah Don menciptakan Proyek Istri. Tujuannya
untuk mencari pasangan yang benar-benar tepat untuk Don. Dengan bantuan dua-duanya
teman yang hanya dimilikinya di dunia, Gene dan Claudia, Don mulai menyusun kuesioner untuk
disebar ke banyak wanita. Mulai dari lewat situs kencan, sampai wanita-wanita
yang ditemui Don langsung lewat kencan buta.
Lalu, datanglah Rosie. Wanita yang paling
tidak sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam kuesioner Don. Di kencan
pertama mereka Rosie sudah membuat Don melanggar beberapa jadwal-jadwal
rutinitas Don yang selama ini selalu tertata rapi dan dijalaninya dengan tepat.
Dari kencan pertama dengan Rosie, setelah
mendengar cerita Rosie yang ingin bertemu dengan ayah biologisnya, terbesit di
pikiran Don untuk memulai Proyek Ayah. Yaitu proyek untuk menemukan ayah biologis Rosie. Satu-satunya petunjuk yang Rosie dapat dari
mendiang ibunya adalah ayah biologis Rosie satu angkatan dengan ibunya di salah
satu fakultas kedokteran. Kemungkinan untuk menemukannya memang kecil, namun
bukan berarti mustahil mengingat Don sendiri berprofesi sebagai profesor
genetika.
Rosie yang lalu menerima tawaran bantuan dari
Don, bersama Don mereka memulai Proyek Ayah dengan mengambil sampel untuk tes
DNA secara diam-diam dari teman keluarga Rosie yang dicurigainya sebagai ayah
biologisnya. Seiring dengan berjalannya Proyek Ayah, Don menjadi lebih sering banyak
melakukan hal-hal yang cenderung ilegal, sekaligus secara tidak sengaja
menemukan bakat terpendamnya sebagai barista.
Don mulai mempertanyakan alasannya menciptakan
Proyek Ayah. Murni karena ingin membantu Rosie karena tersentuh oleh ceritanya?
Atau atas nama dunia sains? Atau ada pengaruh indikator lain yang tak bisa
dijelaskan oleh Don?
“Selama delapan minggu terakhir aku mengalami dua dari tiga saat paling
menyenangkan dalam kehidupan masa dewasaku, dengan anggapan semua kunjungan ke
Museum of Natural History dihitung sebagai satu peristiwa. Keduanya bersama
Rosie. Apakah ada korelasi di situ? Sangatlah penting untuk mencari tahu.”
Buku ini adalah buku yang genius secara
harfiah. Mungkin menjadi buku tergenius yang pernah saya baca. Ditulis dengan
sudut pandang karakter utama genius, dengan penuturan layaknya dituturkan oleh
orang genius, juga diterjemahkan dengan genius, tidak mengurangi esensi genius
bukunya.
Juga, buku ini bisa digambarkan sebagai buku
yang lucu, dengan makna ganda. Lucu yang jokes-nya
berhasil bikin saya ngakak (funny).
Dan jenis lucu yang ngegemesin saking manisnya interaksi Don dan Rosie (cute).
Yang menonjol di buku ini tentu saja karakter
si genius Don Tillman. Don ini termasuk jenis karakter yang alih-alih annoying karena sifat perfeksionis dan
kakunya, malah lovable karenanya. Terutama kepolosan dan “keamatirannya” dalam hal
kehidupan sosial. Tingkahnya sedikit banyak mengingatkan saya pada karakter
Sheldon Cooper dalam The Big Bang Theory.
Agak berbeda dengan buku terjemahan Gramedia
lain, The Rosie Project tidak memiliki judul Bahasa Indonesia, tetap memakai judul aslinya. Entah
apa alasannya, mungkin karena jika diterjemahkan judulnya jadi kurang pas dan
tak menggambarkan isi bukunya.
Meski secara keseluruhan dijamin tidak akan membuat
menyesal setelah membacanya, ada satu yang saya sayangkan. Endingnya terlalu
terburu-buru. Setelah menimbulkan berbagai macam pertanyaan, semua jawabannya
diringkas di chapter terakhir yang
tak lebih dari 4 lembar.
Di halaman belakang ini juga terdapat semacam
lampiran berupa kuesioner buatan Don untuk Proyek Istri. Jadi pembaca bisa
sekalian ikutan mengisi dan mengecek hasilnya, apakah termasuk pasangan
sempurna untuk Don, tidak cocok untuk Don namun cukup “normal” untuk menjadi pasangan
bagi sebagian besar manusia di bumi, atau sama sekali tidak cocok seperti
Rosie. Selain itu disertakan pula resep-resep koktail buatan Don, yang juga
diceritakan di dalam bukunya ketika Don menjadi bartender dadakan. Menarik kan?
Buku ini jelas merupakan bacaan tahun
ini yang meninggalkan kesan dalam. Dan saya harap Gramedia juga akan
menerjemahkan buku lanjutannya: The Rosie Effect. Saya penasaran dengan kelanjutan
kisah Don-Rosie.
“Otak manusia diprogram untuk memusatkan perhatian pada perbedaan-perbedaan
di lingkungannya—supaya otak dapat dengan cepat membedakan predator. Kalau aku
memajang foto-foto atau objek hiasan lain, aku akan menyadari semua benda itu
selama beberapa hari, lalu otakku akan mengabaikan semua.”
“Kenapa kita memusatkan perhatian pada beberapa hal dengan mengorbankan
hal lainnya? Kita mau mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang dari bahaya
tenggelam, namun tidak mau memberikan donasi yang bisa menyelamatkan belasan
anak dari kelaparan.”
genius, bukan jenius...
BalasHapusnice review, anyway :)
Makasih koreksinya,
HapusTerima kasih juga buat pujiannya :)
Penasaran sama sentuhan jokes ala si Don. Apa akhirnya Rosie cocok sama Don? :)
BalasHapusPenasaran sama sentuhan jokes ala si Don. Apa akhirnya Rosie cocok sama Don? :)
BalasHapushana juga suka sama buku ini :D keren :D nice review :D
BalasHapusWhaaa keren jadi pengin baca😀😀
BalasHapus