Judul: Cerita Cinta Indonesia
Pengarang: 45 Penulis GPU
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
“Rinduku padamu adalah rindu langit pada bumi. Ia mengirimkan hujan, yang
seperti air mata tangisan. Bahkan kalau jatuh di laut, ia menjadi ombak, selalu
menyerbu ke bumi, ke tanah, dan masuk ke dalamnya.” – Hal. 33
Buku ini berisi 45 cerita pendek
karya 45 penulis yang sudah meramaikan dunia perbukuan Indonesia dengan
karya-karya mereka. Penulis-penulis yang terlibat dalam kumpulan cerpen ini
pasti telah kalian kenal atau telah kalian baca tulisan-tulisan mereka atau
bahkan merupakan penulis favorit kalian.
Mari lupakan sejenak cerpen-cerpen di
dalamnya, saya telah dibuat terharu ketika membaca bagian “Kata Pengantar
Penerbit”. Saya merasa bangga bisa menjadi pembaca buku terbitan penerbit yang
telah berdiri selama 40 tahun ini. Saya masih ingat betul buku terbitan
Gramedia pertama yang saya beli; terjemahan Which Witch-nya Eva Ibbotson. Bisa
dibilang GPU telah menjadi bagian dari hidup saya dan berperan besar membentuk
saya menjadi seorang penggila buku seperti sekarang sejak saat itu.
Saya pikir saya sudah terlalu banyak
membicarakan diri saya sendiri, saatnya untuk membahas buku ini. Seperti yang
telah kalian tahu dan seperti yang telah saya tulis di atas, buku ini terdiri
dari 45 cerpen. Bayangkan! 45 cerpen. Itu termasuk jumlah yang banyak untuk
sebuah buku kumpulan cerpen.
Buku ini menawarkan tema dan rasa
yang berbeda-beda. Nasihat Nenek
karya Clara Ng dan Asylum karya Lexie Xu merupakan cerpen yang mengundang rasa mencekam, atmoster
horornya sangat kerasa buat saya. Di jejeran “galau maker” ada Rindu yang
Terlalu - Arswendo Atmowiloto, Gerimis
yang Ganjil - Budi Maryono, Rindu –
Dewi Kharisma Michellia, Hachiko dan
Luka yang Setia – Eka Kurniawan, Muse
– Ika Natassa dan Gadis dan Pohon
Jambu – M. Aan Mansyur. Beberapa penulis yang saya kenal sebagai penulis teenlit, cerpen-cerpennya tampil beda di
buku ini seperti Tabula Rasa – Debbie
Wijaja, Savana – Dyan Nuranindya,
Gelas di Pinggir Meja – Ken Terate, SMS- Luna Torashyngu dan Letting Go – RisTee.
Ada pula cerpen-cerpen menarik lain
yang berhasil memukau saya; Dua Garis –
Jessica Huawae yang membuat saya muak. Bukan muak karena cerpennya tetapi
karena apa yang diceritakan di cerpen tersebut memang merupakan kenyataan
sebenarnya. Persepsi – Maggie Tiojakin
yang bermain-main dengan persepsi pembacanya. Apalah Artinya Nama – Marga T. membuat saya penasaran berapa
persentase kebenaran di cerpen ini karena saya sama sekali buta soal sang
penulis. Terakhir ada Bahagia Bersyarat
– Okky Madasari yang membuat saya bertanya-tanya pada diri saya sendiri,
apa arti sesungguhnya bahagia itu? benarkah saya sudah merasa bahagia di
kehidupan saya sekarang?
Eits, bukan berarti cerpen-cerpen
yang tidak saya sebutkan jelek ya, hanya saja terlalu panjang jika saya harus
mengulas satu per satu cerpen di buku ini. Lebih baik kalian sendiri yang
membuktikannya. Saya sendiri merasa puas setelah menyelesaikan buku ini. Bahkan
penulis-penulis yang karya-karya sebelumnya dari mereka kurang saya sukai mampu
membuat saya menikmati setiap cerita singkat yang mereka tuturkan.
Buat saya buku kumpulan cerpen ini
merupakan kado manis spesial yang sengaja dibuat untuk kita, para pembaca. Saya
pribadi mengucapkan terima kasih pada GPU untuk kado manisnya ini. Terima kasih
karena telah menjadi salah satu bagian dari kehidupan saya sampai sekarang.
Terima kasih karena beberapa cerpen di buku ini cukup berhasil mengobati
kerinduan saya akan tulisan para penulis-penulis favorit saya. Terima kasih.
“Ketika kau akhirnya tahu siapa yang akan mencintaimu untuk selamanya dan
berada di sisimu sampai kapan pun, apa hatimu tidak akan tergerak untuk menghabiskan
sisa hidupmu dengan orang itu sampai ajal menjemputmu?” – Hal. 91-92
RATING 5/5
wahhhh, jati tambah pengen nih, wishlist banget #kodebuatsanta :))
BalasHapusBuruan baca mbak Peri, keknya dirimu bakal suka :))
Hapus